Jakarta Selatan Berdiri Tahun Berapa? Sejarah & Perkembangan yang Mengangkat Nilai Tanah
Dari Wilayah Hijau Menjadi Kawasan Bergengsi
Bagi banyak orang, Jakarta Selatan identik dengan kawasan elit, hunian modern, dan gaya hidup metropolitan.
Namun di balik gedung tinggi dan jalan-jalan sibuk, ada sejarah panjang yang membuat wilayah ini menjadi pusat pertumbuhan properti paling bernilai di Indonesia.
Pertanyaan “Jakarta Selatan berdiri tahun berapa?” bukan sekadar sejarah administratif.
Jawaban ini membuka pemahaman tentang bagaimana kawasan ini berkembang dari area hijau menjadi jantung investasi properti.
2. Sejarah Singkat Berdirinya Jakarta Selatan
Awal Pembentukan (1960-an)
Jakarta Selatan secara resmi dibentuk pada tahun 1966 sebagai bagian dari reorganisasi wilayah administratif DKI Jakarta.
Sebelumnya, wilayah ini masih berupa area pedesaan dan perkebunan, dengan populasi yang jauh lebih sedikit dibanding sekarang.
Pemekaran ini bertujuan agar pemerintahan DKI Jakarta bisa mengelola pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota secara lebih efektif.
Jakarta Selatan kemudian ditetapkan sebagai salah satu dari lima kota administrasi DKI Jakarta, bersama Jakarta Pusat, Barat, Timur, dan Utara.
Era Pembangunan dan Urbanisasi (1970–1990-an)
Seiring pembangunan besar-besaran pada era Orde Baru, Jakarta Selatan mulai berubah drastis:
-
Pembangunan kawasan Kebayoran Baru menjadi salah satu perumahan terencana pertama di Indonesia.
-
Munculnya Pondok Indah pada 1980-an sebagai kawasan elit baru dengan infrastruktur modern.
-
Jalan TB Simatupang dan Fatmawati dikembangkan sebagai jalur utama yang menghubungkan berbagai kawasan penting.
Perkembangan infrastruktur ini membuka akses bagi investor properti dan menjadikan kawasan selatan sebagai lokasi pilihan kelas menengah atas.
Era Modernisasi dan Properti Premium (2000–Sekarang)
Memasuki abad ke-21, Jakarta Selatan terus tumbuh pesat.
Kawasan seperti Kemang, Cipete, Cilandak, dan Pejaten menjadi magnet bagi profesional muda, ekspatriat, dan pengembang besar.
Dukungan infrastruktur seperti:
-
Tol JORR,
-
MRT Jakarta, dan
-
revitalisasi kawasan bisnis TB Simatupang
menjadikan Jakarta Selatan tidak hanya tempat tinggal, tapi juga pusat ekonomi baru setelah Sudirman–Thamrin.
3. Dari Sejarah Menuju Kenaikan Nilai Tanah
Seiring perjalanan waktu, pertumbuhan Jakarta Selatan menciptakan kenaikan nilai tanah yang sangat signifikan.
Mari lihat bagaimana perubahan ini terjadi:
Tahun | Perkembangan Utama | Rata-rata Kenaikan Nilai Tanah |
---|---|---|
1970–1980 | Pembangunan Kebayoran Baru, Pondok Indah | +50–100% |
1990–2000 | Infrastruktur besar (tol, jalan arteri) | +200% |
2000–2010 | Masuknya investor asing & ekspatriat | +150–250% |
2010–2025 | MRT, pusat bisnis baru (TB Simatupang) | +300–500% |
Sumber: Data agregat pasar properti Jakarta Selatan, 2024.
Kawasan yang dulu hanya berupa lahan kosong kini bernilai miliaran rupiah per rumah.
Misalnya, harga tanah di Kebayoran Baru yang pada 1980-an hanya sekitar Rp300.000/m², kini bisa mencapai Rp80–120 juta/m².
4. Faktor yang Mendorong Lonjakan Nilai Properti di Jakarta Selatan
-
Infrastruktur Transportasi Modern
Kehadiran MRT Jakarta dan jaringan tol baru menjadikan kawasan ini lebih mudah diakses dari seluruh penjuru kota. -
Fasilitas Publik dan Mall Premium
Mall seperti Pondok Indah Mall, Gandaria City, dan Lippo Mall Kemang meningkatkan daya tarik kawasan sekitar. -
Kawasan Hijau dan Kenyamanan Hidup
Meski modern, Jakarta Selatan masih mempertahankan banyak ruang hijau, menjadikannya lebih nyaman dibanding wilayah lain di DKI. -
Kehadiran Sekolah dan Rumah Sakit Internasional
Banyaknya sekolah internasional, universitas, dan fasilitas kesehatan unggulan memperkuat nilai kawasan sebagai tempat tinggal jangka panjang. -
Citra Prestisius dan Aman
Dari segi persepsi, Jakarta Selatan dianggap sebagai area paling elit dan eksklusif, terutama bagi kalangan profesional dan ekspatriat.
5. Kecamatan-Kecamatan Strategis di Jakarta Selatan
Jakarta Selatan terdiri dari 10 kecamatan utama, masing-masing memiliki karakteristik dan nilai properti berbeda.
Kecamatan | Ciri Utama | Kisaran Harga Tanah (2025) |
---|---|---|
Kebayoran Baru | Kawasan elit & diplomatik | Rp80–120 juta/m² |
Kebayoran Lama | Hunian & bisnis berkembang | Rp40–70 juta/m² |
Cilandak | Akses MRT, ekspatriat | Rp30–60 juta/m² |
Pasar Minggu | Kawasan keluarga menengah | Rp20–40 juta/m² |
Jagakarsa | Masih hijau & berkembang | Rp10–25 juta/m² |
Mampang Prapatan | Dekat Kemang & perkantoran | Rp35–70 juta/m² |
Pancoran | Dekat pusat bisnis & tol | Rp30–60 juta/m² |
Setiabudi | Area bisnis premium | Rp60–100 juta/m² |
Tebet | Akses transportasi strategis | Rp30–60 juta/m² |
Pesanggrahan | Kawasan baru berkembang | Rp15–30 juta/m² |
Dari data ini, terlihat jelas bahwa semakin dekat ke pusat bisnis dan lifestyle, semakin tinggi nilai tanah di kawasan tersebut.
6. Dari Sejarah ke Strategi: Apa Artinya untuk Pembeli Rumah
Mengetahui sejarah berdirinya Jakarta Selatan membantu kita memahami arah perkembangan dan potensi investasi di masa depan.
Wilayah dengan sejarah panjang pembangunan cenderung memiliki:
-
Infrastruktur matang,
-
Permintaan tinggi, dan
-
Risiko investasi rendah.
Bagi pembeli atau investor, hal ini menjadi dasar penting dalam memilih lokasi yang tepat untuk membeli rumah.
Untuk panduan lengkap dalam menentukan pilihan hunian dan strategi investasi di kawasan ini, baca panduan berikut:
Panduan Beli Rumah Jakarta Selatan
7. Prediksi Ke Depan: Arah Perkembangan Jakarta Selatan
Melihat tren pembangunan hingga 2025–2030, beberapa hal yang akan terus mendorong kenaikan nilai tanah di Jakarta Selatan antara lain:
-
Ekspansi jalur MRT fase 2 dan 3.
-
Pembangunan CBD baru di Fatmawati–TB Simatupang.
-
Revitalisasi kawasan Blok M dan Kebayoran Baru.
-
Kenaikan minat investor asing terhadap properti residensial di kawasan premium.
Dengan kombinasi antara sejarah panjang, infrastruktur modern, dan citra bergengsi, Jakarta Selatan akan tetap menjadi magnet investasi properti utama di Indonesia.
8. Kesimpulan
Jadi, menjawab pertanyaan “Jakarta Selatan berdiri tahun berapa?” — wilayah ini resmi berdiri tahun 1966, namun sejarah pembangunannya jauh lebih dalam dan berdampak besar terhadap kenaikan nilai tanah hingga kini.
Dari Kebayoran Baru hingga TB Simatupang, setiap perkembangan mencerminkan pertumbuhan ekonomi dan perubahan gaya hidup masyarakat urban.
Tak heran, Jakarta Selatan kini menjadi simbol kemapanan dan stabilitas investasi properti di Indonesia.
Jika kamu ingin memiliki hunian di kawasan dengan sejarah, akses, dan prospek masa depan terbaik — pelajari dulu panduan lengkapnya di sini:
Panduan Beli Rumah Jakarta Selatan